Embun yang Terbakar Matahari
Tak terasa butiran air hangat mengalir di pipinya. Berhulu di mata kemudian mengalir melewati kontur wajah itu. Tak tau kemana arah aliran itu pergi, tak ada muara. Ditumpahkan segala kegundahan yang mengganjal di hati. Hati yang berisi kebingungan, rintihan dan umpatan kepada diri sendiri. Hati yang lelah menahan keperihan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Hanya dia dan sang Penciptalah yang tau bagaimana kondisi hatinya sekarang. Ditatapnya sajadah yang membentang di lantai yang masih dilapisi oleh semen, sesekali kerikil yang menempel pada semen muncul diatasnya. Diungkapkanlah segala yang dirasakannya kepada Penciptanya. Tak kuat bila harus menahan beban sendirian, ia pun mengadu dan menangis tersedu-sedu. Berharap sang Pencipta memberikannya kesadaran, kekuatan dan ketabahan menghadapi semuanya. Inilah awal mula kisah ini. Masalah yang dihadapi perempuan ini tergolong masalah klasik. Sekian lama menjalin hubungan dengan orang yang dicintai dan menghadapi kenyataan b...