 |
Lokasi Sawahlunto |
Pada liburan semester kemarin, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi kolega yang ada di Sawahlunto. Niat ini sudah ada sejak aku belum pulang kampung. Rindu rasanya melihat keindahan Sawahlunto yang sudah 10 tahun terakhir ini belum ku kunjungi. Perjalanan pun dimulai, setelah bersilahturahmi dengan keluarga yang ada disana, aku melalang buana mengunjungi objek wisata yang ada, Mulai dari panorama Sawahlunto hingga ke wisata heritage yang mengantarkanku pada zaman kolonial dahulu.
Sawah lunto yang merupakan salah satu kota di Sumatra Barat ini dulu disebut sebagai penghasil batubara terbesar di Indonesia. Saat ini
Sawahlunto menjelma menjadi sebuah kota wisata yang cantik. Untuk merubah suatu
kawasan pertambangan menjadi tempat pariwisata tidaklah mudah dan membutuhkan
waktu yang lama. Untuk mengambil keputusan yang besar itu dibutuhkan suatu ide
dan upaya agar masalah yang ditimbulkan akibat aktivitas pertambangan tersebut
bisa berubah menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi pengunjung. Pemerintah Sawahlunto mencoba melihat suatu masalah dengan
menggunakan kacamata kreativitas. Lokasi yang semula merupakan lokasi tambang
ini dirubah menjadi tempat wisata bersejarah. Antara lain yaitu:
- Lubang Tambang Mbah Suro
Lubang
Tambang Mbah Suro atau Lubang Suro ini merupakan lubang tambang batubara
pertama yang ada di Sawahlunto, yaitu pada tahun 1898. Nama Suro yang melekat
pada tempat tersebut diambil dari nama Mbah Suro yang mengomandoi para buruh
paksa untuk pembukaan lubang tersebut. Empat lubang ditutup pada tahun 1932 karena besarnya
rembesan air, Lubang Suro kembali dibuka untuk tujuan wisata pada tahun 2007. Saat ini penambangan ini berhenti beroperasi dan dijadikan sebagai tempat pariwisata. Untuk masuk kedalam lubang ini, dipandu oleh pemandu wisata dan harus menggunakan sepatu boots serta topi khusus yang telah disediakan.
 |
Lokasi galian tambang di ruang bawah tanah. Di sepanjang dinding merupakan batu bara |
 |
Pintu masuk lokasi lubang Mbah Suro |
- Museum Gudang Ransum.
Dibangun pada tahun 1918 oleh pemerintah Hindia
Belanda, awalnya merupakan dapur umum untuk memberi makan para pekerja tambang
beserta keluarganya, pasien, dan lain-lain yang jumlahnya bisa ribuan orang.
Tak heran jika jumlah beras yang dimasak setiap harinya bisa mencapai hampir
4.000 kilogram.
 |
Museum Gudang Ransoem |
- Musem Kereta Api Sawahlunto
Terletak di Stasiun Sawahlunto. Museum ini
adalah satu-satunya museum kereta di Sumatera Barat, dan kedua di Indonesia
setelah Museum di Ambarawa. Untuk pengangkutan batubara, Pemerintah Hindia
Belanda membangun jalur kereta api yang menghubungkan Sawahlunto–Muara
Kalaban–Solok–Batu Taba–Padang Panjang–Kayu Tanam–Teluk Bayur. Di dalam museum
bisa dijumpai koleksi peralatan kereta api, beberapa rangkaian gerbong, atau
miniatur lokomotif uap. Salah satu lokomotif uap yang terkenal adalah yang
disebut “Mak Itam”, sebuah lokomotif uap buatan Jerman yang digunakan tahun
1963.
 |
Museum Kereta Api |
Kota Sawahlunto terus mencoba melakukan
terobosan–terobosan untuk tetap bertahan dari romantisme–romantisme sosial
budaya, kerusakan ekologi, hambatan, dan konflik ekonomi. Suatu upaya dan
gagasan muncul yaitu dengan memutar haluan kebijakan. Awalnya
kebijakan–kebijakan yang di terapkan adalah ekonomi pertambangan. Karena
ekonomi pertambangan tidak bisa mendukung lagi 100 persen permintaan dan
penawaraan maka ekonomi pariwisata pun di coba untuk dimunculkan ke permukaan.
Upaya tersebut secara institusional dilakukan dengan cara pengalihan visi kota
Sawahlunto pada 24 Desember 2002 yang dituangkan dalam Perda 6 tahun 2003 yaitu
menjadikan “ Sawahlunto tahun 2020 menjadi kota tambang wisata yang berbudaya”.
Sawahlunto merupakan salah satu kota di
Indonesia yang mampu mengubah dampak negatif dari suatu masalah menjadi suatu
hal yang bermanfaat dan memiliki daya tarik yang tinggi. Mengubah lokasi bekas
tambang menjadi lokasi yang layak dikunjungi wisatawan dalam membuat suatu
keputusan maupun kebijakan, tak lepas dari kreativitas dan inovasi lokal.
Komentar
Posting Komentar